Kamis, 14 Oktober 2010

Knowledge Management in Pursuit of Performace: Insights from Nortel Networks

Pada sekitar tahun 1994 hingga tahun 2000, Nortel berubah haluan cara produksi barang dari yang berbasis pada perkembangan teknologi ke basis pelanggan – lebih mengutamakan kebutuhan pelanggan. Pada tahun 2000, Nortel mengalami keuntungan yang besar dibandingkan pesaing-pesaing lainnya. Keuntungan tersebut dikarenakan perubahan besar di Nortel yang mendesain ulang produknya (new product development). Ketika mendesain ulang produknya, Nortel menggunakan pendekatan metode knowledgeintensive work yang berbasiskan pada pengetahuan karyawan.
Fokus utama dari makalah ini adalah mempelajari cara Nortel untuk me-reengineer frontend New Product Development dan mempelajari knowledge management yang digunakan oleh Nortel. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan suatu petunjuk bagaimana membangun suatu model knowledge management yang sukses. Salah satu yang melatarbelakangi perkembangan Nortel adalah ketika tahun 1980 hingga
1990an, terjadi peningkatan kompetisi industri dibidang telekomunikasi. Industri pada saat itu antara lain adalah AT&T, MCI, RBOC, dan pelbagai ISP. Industri tersebut berkompetisi dalam berbagai hal, seperti teknologi, harga, dan layanan. Alasan peningkatan tersebut ternyata dimotori oleh perkembangan teknologi telekomunikasi yang pada saat itu perusahaan terbesarnya adalah Nortel Networks. Nortel sangat mempunyai perkembangan inovasi teknologi yang baik dan bagus sehingga kemampuan telekomunikasi semakin bagus namun harga semakin murah.
Meskipun pada awal tahun 1994 new development product dianggap terlalu riskan oleh dua orang eksekutif Nortel, namun hal tersebut tetap dilaksanakan hingga pada tahun 2000, Nortel memimpin industri telekomunikasi. Strategi yang dilakukan Nortel adalah new development product dibangun berdasarkan process-oriented knowledge management, mempertimbangkan faktor internal – seperti kemampuan perusahaan dalam mengembangkan produk dengan model baru – dan eksternal – memperhatikan kebutuhan konsumen dan mempertimbangkan kemampuan pesaing, proses mendesain ulang new development product dikenal dengan nama Galileo sedangkan alat knowledge management yang digunakan dikenal dengan nama Virtual Mentor. Tujuan dari proses
Galileo di Virtual Mentor adalah melakukan efisiensi dalam pengungkitan aset pengetahuan multidisiplin, meningkatkan new development product decision-making process, menfasilitasi pembelajaran dan pertukaran pengetahuan. Inti dari proses Galileo adalah membuat jalur atau link yang menyatukan pengetahuan untuk tujuan bisnis. Pertanyaan pada kasus Nortel ada dua, yaitu bagaimana sistematik dan tripartied focus –
proses, manusia, dan teknologi – menjadikan perencanaan dan adopsi dari solusi knowledge management sehingga tujuan bisnis perusahaan tercapai dan faktor yang mempengaruhi inisiatif sukses knowledge management untuk meningkatkan proses bisnis.

Kesimpulan:
Kesimpulan dari makalah ini adalah menunjukkan bahwa knowledge management merupakan topik yang dikenal sejak tahun 1990 dan knowledge management menganggap pengetahuan sebagai aset yang sangat berharga. Inti dari penerapan knowledge management adalah pertanyaan “pengetahuan apa yang perlu di-manage dan untuk tujuan
meningkatkan apa?”. Dan pernyataan dari penulis bahwa Nortel telah berhasil untuk merencanakan dan mengimplementasikan solusi yang sesuai.


sumber : 
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2004/66/66_11_MISQ-26-03-2002-Anne_Mitzi_Tony.pdf

Tidak ada komentar: